Jumat, 10 Juli 2015

Bagaimana Mengenal Diri Sendiri?

Mengenal diri sendiri bukanlah seperti mengenal orang lain. Maksudnya ini sesuatu yang berbeda. Mengenal diri sendiri mungkin bagi beberapa orang sesuatu yang aneh. Sebab yang sering didengar adalah mengenal orang lain, bukan diri sendiri. Kenapa? Orang lain boleh jadi kita tidak mengetahuinya maka ada istilah mengenal orang lain. Lah kalau mengenal diri sendiri rasanya koq aneh ya. Masa sih dengan diri sendiri tidak kenal?

Pertanyaan "Masak sih dengan diri sendiri tidak kenal?" mungkin yang dimaksud adalah terkait dengan nama sendiri, ciri-ciri fisik, kebiasaan-kebiasaan, apa yang disukai dan tidak disukai. Semua itu masak sih kita tidak kenal? Tentu saja...semua orang bisa mengenali diri sendiri jika yang dimaksud cuma soal nama dan kebiasaannya. Akan tetapi ada yang lebih penting dari itu semua yaitu tentang diri kita secara utuh. Sebab semua yang disebutkan itu hanyalah hal-hal yang bersifat lahiriah. Jika kita mengetahuinya maka sifatnya hanya kulit saja. Sedangkan isinya belum terungkap. Nah..mengenal diri sendiri yang saya maksud adalah ini..mengenal kulit dan isinya juga.

Berpikir tentang Cara Kita Berpikir


Hal yang paling utama dan pertama dalam proses mengenali diri sendiri  adalah memahami bagaimana kita berpikir. Logikanya begini. Apapun yang kita lakukan pasti memiliki alasan. Ketika semua yang kita lakukan bisa terungkap apa motifnya, bagaimana bisa memutuskan tindakan ini dan itu, maka secara tidak langsung kita sedang mempelajari cara kita berpikir dan mengambil tindakan. Sebab semua tindakan kita ada polanya. Nah..pola-pola ini yang jika dipelajari akan mengungkapkan cara kita berpikir atau sering disebut dengan pola pikir. Sehingga ketika mengenali polanya, kita akan bisa merekayasa pola tersebut sehingga bisa diarahkan ke yang lebih baik.

Pola pikir ini bisa juga disebut Mindset, berisi aturan main dalam diri kita yang terus menerus kita gunakan dalam menjalani kehidupan. Tetapi semua pola pada akhirnya bermuara pada satu pola umum yang dialami oleh semua manusia yaitu bahwasanya manusia itu bertindak karena mengejar kenikmatan atau menghindari kesengsaraan. Itu adalah pola besarnya atau pola umum yang berlaku bagi setiap manusia.

Inilah yang terjadi pada nenek moyang kita yaitu Adam dan Hawa ketika mereka melanggar larangan Allah yaitu memakan buah khuldi.

“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS. Thahaa : 120) 

Di ayat tersebut satu hal yang dijanjikan oleh syaitan yaitu "kerajaan yang tidak akan binasa".  Adam dan Hawa tergoda oleh bisikan syetan karena ingin mengejar kesenangan abadi dan menghindari kebinasaan.

Lebih lengkapnya surat Thaha ayat 115-122 :
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. 
Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. 
Maka Kami berkata: “Hai Adam, Sesungguhnya Ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. 
Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. 
Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya. 
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?“. 
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. 
Kemudian Tuhannya memilihnya Maka dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.

Syetan dan Hawa Nafsu Menjadi Penghalang Manusia Memahami Diri Sendiri

Jika diselami lebih jauh ayat-ayat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya nabi Adam dan Hawa sudah mendapatkan banyak kesenangan di surga. Sebab semua keperluan sandang, pangan dan papan sudah disediakan oleh Allah. Tetapi Adam lupa satu hal bahwa Allah juga menciptakan syaithan yang dari awal sudah diberitahu oleh Allah bahwa syaitan itu musuh bukan teman.

Jadi apa yang menyebabkan Nabi Adam bisa bertindak begini dan begitu adalah karena ia mengejar kenikmatan dan juga menghindari sengsara. Itulah pola pikir manusia yang paling mendasar. Itulah yang harus dipahami oleh kita yang ingin memahami diri sendiri.

Nah dalam rangka mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan itu, syaithan terus memantau kapan ada celah yang bisa dia mainkan agar manusia bisa tergelincir seperti nenek moyangnya.

Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. (QS An_Nahl 16:63)

Intinya kerjaan syetan adalah mengalihkan pikiran manusia agar kejahatan itu terasa nikmat sehinga harus dilakukan dan sebaliknya kebaikan itu bikin sengsara sehingga harus dihindari.

Itulah yang dapat menghalangi manusia mengenal dirinya. Selain ada syetan, di dalam diri manusia itu sendiri Allah menganugerahkan hawa nafsu, yang juga mengarahkan kepada kecenderungan untuk mengejar kenikmatan dan menghindari kesengsaraan.

Bersambung...